Makalah Manajemen SDM - Budaya Organisasi - Download Makalah Ekonomi Gratis File Docx
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing.
Ini menjadi salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi
lainnya. Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan
baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru atau karyawan
yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan dengan organisasi tersebut.
***
Download Makalah Manajemen SDM - Budaya Organisasi
***
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud kompensasi?
2. Apa
tujuan kompensasi?
3. Apa
manfaat pemberian kompensasi?
4. Metode
dan Sistem apa yang dilakukan dalam pemberian kompensasi?
5. Jenis-jenis
apa saja yang dilakukan dalam pemberian kompensasi?
6. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kompensasi?
7. Bagaimana
praktik pelaksanaan hukum kompensasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas manajmn sumbr daya manusia tntang budaya organusasi. Selain itu
makalah ini bertujuan untuk membandingkan antara baik dan buruknya suatu
organisasi. Maksudnya dijadikan sebagai pedoman bagi para
pembaca jika ingin membuat suatu organisasi dan menjawab rumusan masalah dan manfaat makalah ini adalah menjadi pedoman bagi seseorang jika ingin bergabung
dengan suatu organisasi atau bahkan mendirikan sebuah organisasi yang baik dan
dapat bertahan lama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Organisasi
Rivai
dan Mulyadi (2012:374)
Budaya organisasi adalah suatu kerangka kerja yang
menjadi pedoman tingkah laku seharihari dan membuat keputusan untuk karyawan
dan mengarahkan tindakan mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Robbins
dan Coulter (2012:80)
Budaya organisasi sebagai nilai–nilai,
prinsip-prinsip, tradisi, dan cara cara bekerja yang dianut bersama oleh para
anggota organisasi dan memengaruhi cara mereka bertindak.
Gary
Dessler (2009 : 186)
Budaya organisasi adalah
karakteristik, nilai, tradisi, dan perilaku perusahaan yang dimiliki oleh para
karyawannya.
Kreitner
et all. (2003 : 86)
Budaya organisasi merupakan satu
wujud anggapan yang dimiliki, diterima, oleh kelompok anggota organisasi dan
menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikiran dan bereaksi terhadap
lingkungan yang beraneka ragam.
2.2 Manfaat Budaya Organisasi
Beberapa
manfaat budaya organisasi dikemukakan oleh Robbins, yaitu:
1)
Membatasi peran yang membedakan
antara organisasi yang satu dengan organisasi lain karena setiap organisasi
mempunyai peran yang berbeda, sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat
dalam sistem dan kegiatan yang ada di dalamnya,
2)
Menimbulkan rasa memiliki identitas
bagi anggota; dengan budaya yang kuat anggota organisasi akan merasa memiliki
identitas yang merupakan ciri khas organisasinya,
3)
Mementingkan tujuan bersama daripada
mengutamakan kepentingan individu,
4)
Menjaga stabilitas organisasi; komponen-komponen
organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi
internal organisasi relatif stabil.
2.3 Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbin dan Coulter (2012:79) budaya
menjalankan sejumlah fungsi di dalam organisasi. Adapun lima fungsi budaya
organisasi tersebut adalah:
1. Budaya
mempunyai peran dalam menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan
perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lainnya.
2. Budaya
memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi.
3. Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari pada
kepentingan diri sendiri pribadi seseorang.
4. Budaya
meningkatkan kemantapan sistem sosial, artinya budaya menjadi perekat sosial
yang dapat mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standarstandar yang
tepat mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.
5. Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
2.4 Pembentukan Budaya Organisasi
Menurut Robbins (2008) dibutuhkan
waktu yang lama untuk pembentukan budaya organisasi. Sekali terbentuk, budaya
itu cenderung berakar, sehingga sukar bagi para manager untuk mengubahnya.
Dari gambar diatas, dapat dilihat
bahwa budaya organisasi diturunkan dari filsafat pendiri, kemudian budaya ini
sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam merekrut/ mempekerjakan
anggota organisasi. Tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim umum dari
perilaku yang dapat diterima baik dan tidak. Tingkat kesuksesan dalam
mensosialisasikan budaya organisasi tergantung pada kecocokan nilai-nilai staf
baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada preferensi
manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi.
Robbins (1996) dalam Tika (2006:20-21) menjelaskan
mengenai 3 (tiga) kekuatan untuk mempertahankan suatu budaya organisasi sebagai
berikut:
(1)
Praktik seleksi, proses seleksi bertujuan mengidentifikasi dan mempekerjakan
individu-individu yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan untuk
melakukan pekerjaan dengan sukses dalam organisasi.
(2)
Manajemen puncak, tindakan manajemen puncak mempunyai dampak besar pada budaya
organisasi. Ucapan dan perilaku mereka dalam melaksanakan norma-norma sangat
berpengaruh terhadap anggota organisasi.
(3)
Sosialisasi, sosialisasi dimaksudkan agar para karyawan baru dapat menyesuaikan
diri dengan budaya organisasi. Proses sosialisasi ini meliputi tiga tahap yaitu
tahap kedatangan, tahap pertemuan, dan tahap metromofis.
Unsur-Unsur Budaya Organisasi
Menurut Tika (2010 : 5)
1. Asumsi dasar
2. Seperangkat nilai dan Keyakinan yang dianut
3. Pemimpin
4. Pedoman mengatasi masalah
5. Berbagai nilai
6. Pewarisan
7. Acuan prilaku
8. Citra dan Brand yang khas
9. Adaptasi
2.5 Elemen Dasar Budaya Organisasi
Budaya organisasi yang dibentuk dari faktor-faktor
yang terkandung di dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh beberapa elemen
kunci yang cukup dominan. Adapun elemen-elemen dari budaya perusahaan menurut
Deal dan Kennedy yang dikutip oleh Tika (2014:16) adalah:
1. Lingkungan
Usaha
Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan
terhadap apa yang harus dilakukan perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan
usaha yang berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan,
teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
2. Nilai-nilai
Nilai-nilai atau
keyakinan agar dapat mendorong karyawan untuk mencapai kinerja yang baik,
hendaknya harus disampaikan secara terbuka oleh para manajer kepada seluruh
lapisan sumber daya manusia (SDM) yang ada, hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dari standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan
3. Pahlawan
Pahlawan adalah
tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata.Pahlawan
bisa berasal dari pendiri perusahaan, para manajer, kelompok organisasi atau
perorangan yang berhasil menciptakan nilainilai organisasi, mereka bisa
menumbuhkan idealisme, semangat dan tempat mencari petunjuk bila terjadi
kesulitan atau masalah dalam organisasi.
4. Ritual
Kegiatan upacara di suatu perusahaan pada umumnya bentuk
penghargaan terhadap kinerja sumber daya manusianya atau dapat berupa laporan
aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dengan
seringnya frekuensi kegiatan tersebut di perusahaan diharapkan akan menciptakan
budaya secara tidak sadar.
5. Jaringan
Budaya
Elemen ini secara informal dapat dikatakan sebagai
jaringan komunikasi di dalam perusahaan, dapat dijadikan sebagai pembawa atau
penyebaran nilai-nilai budaya perusahaan. Elemen ini merupakan hierarki dari
kekuatan yang tersembunyi di dalam organisasi, oleh karena itulah efektivitas
jaringan ini hanya sebagai cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang
terjadi di perusahaan, dapat dikatakan juga bentuk jaringan kultural adalah
informal.
2.6 Faktor-Faktor Yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi
Menurut Luthas yang dikutip oleh Tika
(2014:109-110), faktor-faktor utama yang menentukan kekuatan budaya organisasi
adalah
1.
Kebersamaan
Kebersamaan
adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai inti yang dianut secara
bersama. Derajat kebersamaan dipengaruhi oleh unsur orientasi dan imbalan.
Orientasi dimaksudkan pembinaan kepada anggota-anggota organisasi khususnya
anggota baru baik yang dilakukan melalui bimbingan seorang anggota senior
terhadap anggota baru maupun melalui program-program latihan.
Melalui program orientasi, anggota-anggota baru
organisasi diberi nilainilai budaya yang perlu dianut secara bersama oleh
anggota-anggota organisasi. Di samping orientasi kebersamaan, juga dipengaruhi
oleh imbalan. Imbalan dapat berupa kenaikkan gaji, jabatan (promosi),
hadiah-hadiah dan tindakantindakan lainnya yang membantu memperkuat komitmen
nilai-nilai inti budaya organisasi.
2.
Intensitas
Intensitas adalah derajat komitmen dari
anggota-anggota organisasi kepada nilainilai inti budaya organisasi. Derajat
intensitas bisa merupakan suatu hasil dari struktur imbalan. Keinginan karyawan
untuk melaksanakan nilai-nilai budaya dan bekerja semakin meningkat apabila
mereka diberi imbalan. Oleh karena itu, pemimpin organisasi atau perusahaan
perlu memperhatikan dan menaati struktur imbalan yang diberikan kepada
anggota-anggota organisasi guna menanamkan nilai-nilai inti budaya organisasi.
2.7 Ciri-Ciri Budaya Organisasi Kuat atau Lemah
Ciri-ciri Budaya Organisasi Kuat adalah sebagai berikut:
a. Anggota-anggota
organisasi loyal kepada organisasi.
b. Pedoman
bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan dengan jelas,
dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam perusahaan
sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.
c. Nilai-nilai
yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati dan
dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang
yang bekerja dalam perusahaan.
d. Organisasi
memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan secara
sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan.
e. Dijumpai
banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
f. Memiliki
jaringan kultural yang menampung cerita-cerita kehebatan para pahlawan.
Ciri-ciri Budaya Organisasi Lemah adalah sebagai berikut:
a. Mudah
terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b. Kesetiaan
kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c. Anggota
organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi untuk
kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
2.8 Karakteristik budaya organisasi
Karakteristik utama dalam budaya
organisasi menurut Robbins, yaitu sebagai berikut:
1.
Inisiatif individual, tingkat
tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dipunyai individu.
2.
Toleransi terhadap tindakan
beresiko, sejauh mana para karyawan dianjurkan untuk bertindak agresif,
inovatif, dan mengambil resiko.
3.
Arah, sejauh mana Dukungan organisasi
tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi.
4.
Integrasi, tingkat sejauh mana
unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja dengan cara yang
terkoordinasi.
5.
dari manajemen, tingkat sejauh mana
para manajer memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap
bawahan mereka.
6.
Kontrol, jumlah peraturan dan
pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku
pegawai.
7.
Identitas, tingkat sejauh mana para
anggota mengidentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya
daripada dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian
profesional.
8.
Sistem imbalan, tingkat sejauh mana
alokasi imbalan (misalnya kenaikan gaji dan promosi) didasarkan atas kriteria
prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih, dan
sebagainya.
9.
Toleransi terhadap konflik, tingkat
sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara
terbuka.
10.
Pola-pola komunikasi, tingkat sejauh
mana komunikasi organisasi (tim) dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
2.9 Dimensi Budaya Organisasi
Menurut Robbins dan Coulter (2012:80) Tujuh
karakteristik primer berikut yang bersama-sama menangkap hakikat budaya
organisasi, yaitu
1.
Inovasi dan pengambilan resiko.
2.
Memperhatikan detil.
3.
Orientasi pada hasil.
4.
Orientasi individu.
5.
Orientasi pada tim.
6. Keagresifan.
7. Stabilitas.
2.10 Indikator Budaya Organisasi
Menurut
Robbins dan Coulter (2012:80) indikator budaya organisasi terdiri dari:
1. Inovasi
dan pengambilan resiko diartikan bahwa sikap inovatif dan berani mengambil
risiko harus ada didalam organisasi.
2. Memperhatikan
detil diartikan bahwa didalam organisasi harus memperhatikan segala ketetapan,
analisis, dan memperhatikan lebih detail terhadap hal-hal di sekitar.
3. Orientasi
pada hasil diartikan fokus kepada hasil atau pendapatan daripada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi
individu diartikan untuk memperhitungkan pengaruh hasil-hasil terhadap karyawan
dalam organisasi.
5. Orientasi
pada tim diartikan kemampuan bekerjasama dalam tim.
6. Keagresifan
bahwa individu atau orang-orang yang berada didalam organisasi memiliki sifat
kompetitif.
7. Stabilitas
diartikan bahwa aktifitas organisasi ditekankan untuk mempertahankan
status quo untuk terus tumbuh dan berkembang.
status quo untuk terus tumbuh dan berkembang.
2.11 Tipe Budaya Organisasi
Menurut
Kreitner dan Kinicki (2014:68) terdapat 4 tipe budaya organisasi yaitu:
1.
Kebudayaan Klan
(Clan Culture) satu kebudayaan yang memiliki internal fokus dan lebih
menghargai fleksibilitas daripada stabilitas dan kontrol. Kebudayaan klan mirip
dengan organisasi tipe keluarga dimana efektivitas dicapai dengan mendorong
kerja sama antar pegawai. Tipe kebudayaan klan ini sangat berpusat pada pegawai
dan berusahaan untuk memenuhi kepaduan melalui mufakat dan kepuasan pekerjaan
serta komitmen melalui keterlibatan karyawan.
2.
Kebudayaan
Adhokrasi (adhocracy culture) satu kebudayaan yang memiliki nilai
eksternal dan menghargai fleksibilitas. Tipe kebudayaan ini membantu perkembangan
penciptaan produk-produk dan layanan yang inovatif dengan menyesuaikan diri,
kreatif, dan cepat menanggapi perubahan pasar. Kebudayaan adhokrasi tidak
tergantung pada tipe kekuatan terpusat dan hubungan kekuasaan yang merupakan
bagian dari pasar dan kebudayaan hierarkis. Kebudayaan adhokasi juga mendorong
para pegawai untuk mengambil resiko apapun, berpikiran diluar kebiasaan, dan
bereksperimen dengan cara baru dalam penyelesaian sesuatu.
3.
Kebudayaan Pasar
(Market Culture) sebuah kebudayaan yang memiliki fokus eksternal yang
kuat serta menghargai stabilitas dan kontrol. Organisasi-organisasi dengan
kebudayaan pasar dikendalikan atas kompetisi dan hasrat yang kuat untuk
mengantarkan hasil dan mencapai tujuan.
4.
Kebudayaan
hierarkis (Hierarchy Culture) sebuah kebudayaan yang memiliki fokus
intenal yang menghasilkan keuntungan kerja yang lebih formal dan terstruktur,
serta menghargai stabilitas dan kontrol lebih dari fleksibilitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi ksimpulannya adalah Setiap
organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak akan ada dua organisasi yang
mempunyai budaya yang sama persis. Budaya perusahaan sangat penting peranannya dalam
mendukung terciptanya suatu
organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik,
budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan perusahaan dan menyajikan
pedoman perilaku kerja bagi karyawan.
3.2 SARAN
Setelah mengetahui pentingnya
budaya organisasi, penulis mencoba menyarankan agar setiap organisasi dapat
menciptakan budaya yang baik yang nantinya dapat meningkatkan peningkatan
kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Haris Munandar, Lusiana Dewi, Mutiara
Gandasari. 2018. Budaya
Organisasi. https://4shared.com. Diakses pada: Minggu, 24
Juni 2018
Istavita Utama. 2018. Makalah Budaya
Organisasi. https://underpapers.blogspot.com.
Diakses pada: Kamis, 28 Juni 2018
Download Makalah Manajemen SDM - Budaya Organisasi
>>DOWNLOAD<<
Cara Download File
> DOWNLOAD APLIKASI MAKALAH SHARPA <
>>DOWNLOAD<<
Cara Download File
> DOWNLOAD APLIKASI MAKALAH SHARPA <