Makalah Sejarah Perang Salib - Download Makalah Sejarah Gratis File Docx
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Orang Kristen di
Indonesia, pada umumnya memandang orang Islam dengan tafsiran sempit. Di sini
orang Islam diperlakukan sebagai orang yang lakunya seperti keledai liar dan
tangannya melawan setiap orang. Perusakan dan pembakaran gedung-gedung gereja
semakin memperkuat pandangan ini terhadap orang Islam bahwa kejadian itu adalah
implikasi historis.
Tony Lane, seorang lektor dalam bidang Ajaran Kristen pada London Bible College, pernah menyatakan bahwa orang yang tidak menguasai sejarah adalah bagaikan orang yang lupa ingatan. Pernyataannya mengandung kebenaran. Seperti yang disebutkan di atas bahwa banyak orang Kristen menuduh bahwa sebab-musabab ketidakharmonisan umat beragama (Kristen dan Islam) adalah pihak Islam. Mereka lupa bahwa orang. Kristen pernah melakukan perbuatan keji, biadab, sekaligus memalukan dalam peristiwa yang disebut Perang Salib dan invasi mongol pada abad pertengahan. Ada banyak sumber informasi untuk memahami seluk-beluk Perang Salib.
1.2
Rmusan Masalah
1. Bagaimana
Kronologis Terjadinya Perang Salib?
2. Apa Pengaruhnya
Terhadap Peradaban Islam?
3. Apa hikmah dari
perang salib?
1.3
Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui
Bagaimana Kronologis Terjadinya Perang Salib
2. Untuk mengetahui
Apa Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam
3. Untuk mengetahui
Apa hikmah dari perang salib
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kronologis
Terjadinya Perang Salib
1. Sebab
Terjadinya Perang Salib
Segala sesuatu yang
terjadi khususnya kejadian yang terjadi dalam dunia sejarah peradaban tentunya
memiliki sebab sehingga hal tersebut terjadi, namun jika kita ingin melihat
sebab terjadinya perang salib maka tentunya tidak bisa terlepas dari banyaknya
pandangan para pakar sejarah dalam menanggapi sebab-sebab muncul dan terjadinya
perang salib, namun dalam hal ini penulis hanya akan mengambil garis besar
sebab-sebab yang disepakati oleh sebahagian besar pakar sejarah tentang
sebab-sebab terjadinya perang ini.
a. Menghadapi
perlawanan ummat nashrani kepada kebenceian mereka terhadap ummat islam.
Kebencian ummat
nashrani terhadapa ummat islam muncul ketika daerah kekuasaan Roma Timur yang
beribu kotakan kostantinopel yang didirikan oleh bangsa Roma, yang kemudian
daerah-daerah ini mereka jadikan sebagai pusat keagamaan nashrani dan juga
sebagai pusat politik. Namun ketika daerah ini di kikis seditt demi sedit oleh
ummat islam. beranjak dari kejadian tersebut maka kebencian dan rasa iri muncul
di benak ummat nashrani khusunya Negara-negara eropa atas kejadian tersebut,
sehingga merekapun melakukan pembalasan atas kejadian tersebut dengan
mengumandangkan perang terhadap ummat islam.[1]
b. Anggapan ummat
nashrani bahwa Baitul Muqaddas adalah tempat suci mereka yang mereka anggap
hanya kaum nashrani sajalah yang bisa dan pantas menempati daerah tersebut.
Pada mulanya
kehidupan antara ummat islam dan ummat nsharani hidup rukun dan penuh dengan
khidupan yang tolerant, hal ini terjadi ketika masa pemerintahan khalifah Harun
Ar-Rasyid pada masa Khilafah Abbsiyah. Namun kerukunan antar agama tersebut
hilang ketika khalifah Al-Hakim dari bani fatimiyah berkuasa, Al-Hakim yang
terkenal keras terhadap agama lain, beliau memerintahkan untuk menghancurkan
gereja-gereja dan merusak system kerukunan antar agama yang telah dirasakan
oleh penduduk palestina pada masa itu. Sebab-sebab inilah yang memancing para
pembesar nashrani khususnya dari barat untuk mengumandankan perang terhadap
ummat islam pada masa itu.[2]
Adapun sebab-sebab
lain menurut para pakar sejarah yang sempat penulis kutip dari bebrapa
literature sejarah menukilkan bahwa, pada saat Alp Arsenal melakukan ekspansi
yang di sebut dengan peristiwa Manzikart, pada tahun 464 H (1071 M), tentara
Alp Arsenal yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini
berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang terdiri dari
tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, perancis dan Armenia.
Peristiwa besar ini
menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap ummat
islam, yang kemudian mencetuskan perang salib. Kebencian itu bertambah setelah
dinasti saljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan
dinasti fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa saljuk menetapkan
beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan
itu dirasakan sangat menyulitkan mereka untuk memperoleh keleluasaan berziarah
ke tanah suci Kristen, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada ummat
Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal
dengan nama perang salib, yang terjadi dalam 3 periode.[3]
2. Perang
Salib
Dalam pembahasan ini
penulis akan mengisahkan kejadian perang salib yang dalam hal ini terjadi dalam
3 periode yaitu :
a.
Periode pertama/ perang salib I
Perang ini berawal
pada musim sumi tahun 1095 M, sekitar 150.000 orang eropa, sebahagian besar
bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju konstantinopel, kemudian ke
palestina, tentara salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond dan Raymond ini
memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka
mendirikan kerajaan latin I dengan Baldawin sebagai raja, pada tahun yang sama,
mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di timur,
Bohemond dilantik menjadi rajanya, mereka juga berhasil menduduki Bai Al-Maqdis (15 Juli 1099 M), dan
mendirikan kerajaan latin III dengan rajanya Godfrey. Setelah penaklukan Bait Al-MAqdis
itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104
M), Tripoli (1109 M), dan kota Tyre (1124 M), di Tripoli mereka mendirikan
kerajaan latin IV, rajanya adalah Raymond.[4]
b. Perang
Salib II
Imaduddin Zanki,
penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Hamimmah, dan
Edessa pada tahun 1144 M, namun ia wafat tahun 1146 M, tugasnya dilanjutkan
oleh putranya, Nuruddin Zanki, Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada
tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Kejatuhan Edessa ini
menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan perang salib kedua, Paus Eugenius
III, menyerukan perang suci yang disambut positif oeh raja prancis Louis VII
dan raja jerman Condrad II, keduanya memimpin pasukan salib mereka dihambat
oleh Nuruddin Zanki, mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan
Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya, Nuruddin wafat tahun
1174 M, pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin Al-Ayyubiyang
berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, hasil peperangan
Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali yerusalem pada tahun 1187 M,
dengan demikian kerajaan latin di Yerusalem yang berlansung selama 88 tahun
berakhir.[5]
Jatuhnya Yerussalem
ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib, mereka pun
menyusun rencana balasan, kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick
Barbarossa, raja jerman Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip
Augustus, raja Perancis, pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M, meskipun mendapat tantangan berat
dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian di jadikan
ibu kota kerajaan latin, akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki palestina,
pada tanggal 2 November 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan
Shalahuddin yang disebut dengan Shulh Al-Ramlah. Dalam perjanjian ini
disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitil Maqdis
tidak akan diganggu.[6]
c. Perang
Salib III
Tentara salib pada
periode ini dipipin oleh raja Jerman, Frederick II, kali ini mereka berusaha
merebut Mesir lebih dahuu sebelum ke Palestina, dengan harapan agar mereka bisa
mendapat bantuan dari kaum nashrani Qibthi, hal itu terjadi pada tahun 1219 M,
mereka berhasil menduduki Dimyat, raja mesir dari dinasti Ayyubiyah pada waktu
itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Fredrick, isinya antara lain
Fredrick bersedian melepaskan Dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan
Palestina, Fredrick menjamin keamanan kaum muslimin di Palestina, dan Fredrick
tidak mengirim bantuan kepada ummat Kristen di Syiria. Dalam perkembangan
berikutnya, Palestina dapat di rebut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247
M, di masa pemerintahan Al-Malik Al-shalih, penguasa Mesir selanjutnya, ketika
Mesir di kuasai oeh dinasri Mamalik (yang menggantikan posisi dinasti
Ayyubiyah), pemimpin perang di pegang oleh Baybars dan Qalawun, pada masa
merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.[7]
2.2
Perang Salib dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam
Demikianlah perang
salib ini yang berkobar di Timur, Perang ini
tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai ummat islam terusir dari
sana, walaupun ummat islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari
tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena
peperangan itu terjadi di wilayahnya, kerugian-kerugian ini mengakibatkan
kekuatan politik umat islam menjadi lemah, dalam kondisi demikian mereka bukan
menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah, banyak dinasti kecil yang memerdekakan
diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.[10]
Terlebih lagi pada
thun 1683 M, kerajan islam Turki Usmani mengalami kekalahan besar setelah
bertempur melawan kekuatan bala tentara Eropa di Wina, hal itu membuka mata
barat bahwa kekuatan islam telah mundur jauh sekali, sejak itulah
kerajaan-kerajaan islam mulai mendapat serangan-serangan besar dari barat.[11]
Sejak kekalahn itu
kerajaan usmani juga menyadari akan kemundurunnya dari kemajuan barat, maka di
lakukanlah usaha-usaha pembaharuan dengan mengirim duta-duta kenegara-negara
Eropa, terutama Prancis untuk mempellajari suasana kemajuan disana dari dekat.
Usaha ini baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan utama yaitu
tentara Yenissari di bubarkan oleh sultan Mahmud II (1807-1839 M), dan pada
tahun 1826 M, struktur kekuasaan di rombak, lembaga-lembaga pendidikan modern
didirikan, buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswa
berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar, dan sekolah-sekolah kemiliteran pun di
didrikan dan bidang kemiliteran inilah yang mendapat perhatian lebih dari
pemerintah.[12]
Demikianlah klimaks
dan pengaruh perang salib terhadap peradaban islam, walaupun pada hakekatnya
bala tentara muslim berhasil mengusir pasukan salib dari tanah kekuasaan islam,
namun kerugian yang dideritanya sangat terasa dari kalangan pemerintahan ummat
islam, namun pengaruh dari perang salib ini tidak berakhir sampai disini,
bahkan di abad 19 dan 20 M ini, pasukan-pasukan Eropa kembali mengadakan
ekspansi perebutan daerah kekuasaan islam, khususnya daerah Bitul Maqdis atau
yang lebih dikenal sekarang dengan nama Palestina, berbagai strategi di gunakan
oleh tentara salib (eropa) dalam merebut daerah-daerah tersebut, dengan dalih
bahwa daerah-daerah yang di duduki oleh ummat Islam adalah daerah/ tanah yang
di janjikan oleh Tuhan mereka,[13] perjuangan bala tentara salib tidak sampai
disitu bahkan sejak tahun 1990 M hingga tahun 2003 M, para tentara salib lebih
memperluas ekpansi mereka hingga sampai Irak, hingga sampai sekarang mereka
telah berhasil merebutnya, entah daerah mana lagi yang menjadi bidikan mereka
dalam visi misi ekpansi tentara salib tersebut.
2.3
Peninggalan Perang Salib
A. Politik
dan Budaya
Perang Salib amat
memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan Pada masa itu, sebagian besar benua
dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan
birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di
Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong
oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib. Meski benua Eropa telah
bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara
Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang
sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama
masa Perang Salib. Pengalaman militer Perang Salib juga memiliki pengaruh di
Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari
batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi
menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya.
Sebagai tambahan, tentara Salib
dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia. Bersama
perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur
atau barat.
Kemajuan bangsa Arab
termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah
laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan
kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.
B. Perdagangan
Kebutuhan untuk
memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan
perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah
digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan
disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan
saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih
karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk
dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali
karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan
perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di
Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan
membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat
jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam
rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju,
bentuk awal dari mesin, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan
banyak lagi. Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak
dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium. Tanah Byzantium
adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib
mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204 M, Byzantium tidak pernah lagi
menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453 M.
Melihat apa yang
terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan sebagai
perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan Kristen
secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat
disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat
di atas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam
menyelamatkan katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan
tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan kekristenan.
Perang salib
memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam. Dimana persamaan
antara bangsa Frank dengan Tentara Salib meninggalkan bekas yang amat dalam.
Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi,
sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti
gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut
keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai perang salib. Perang Salib
dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen
Eropa.
Konsekuensi yang
secara jangka panjang menghancurkan tentang Perang Salib. Menurut ahli sejarah,
Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik
diri. Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 M yang menggambarkan
pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni Judenhut) oleh tentara
Salib.Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi di kota-kota di
Jerman dan Hongaria, belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan
pembantaian Yahudi di Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam
sejarah Anti-Semit. Meski tidak ada satu Perang Salib pun yang pernah
dikumandangkan melawan Yahudi.
Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang
mendalam dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad.
Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat. Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa
Barat semakin merosot dan pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib.
Hal ini memuluskan jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh Paus Innocentius III dan
membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad pertengahan.
C. Pegunungan
Kaukasus
Orang Armenia
merupakan pendukung setia Tentara Salib. Di pegunungan Kaukasus di Georgia, di
dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs
yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara Salib
yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan
sebagian budaya Perang Salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan
dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus
diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografiRusia, Arnold Zisserman,
yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa
kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib
yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang
lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan
suku ini pada tahun 1935 M.
BAB III
PENUTUP
Perang Salib (Perang
Suci) merupakan peperangan antara tentara Islam dengan Kristen. Hal ini terjadi
bermula kebencian umat Kristiani terhadap masa pemerintahan Dinasti Seljuk yang
dapat menguasai kota suci mereka. Terlebih dinasti menguasai Baitulmakdis.
Dalam peperangan ini tentara Salib memakai tanda salib di pakaiannya sebagai
tanda pemersatu umat Kristiani dan menunjukkan peperangan suci.
Perang Salib dibagi
ke dalam tiga periode, yaitu periode pertama yang disebut sebagai periode
penaklukkan. Kemudian periode kedua yang disebut dengan periode reaksi umat
Islam dan yang terakhir adalah periode ketiga disebut dengan periode
kehancuran.
Keuntungan perang
salib bagi eropa adalah menambah lapangan perdagangan, menambah kesenian, dan
penemuan penting. Umat islam berhasil mempertahankan daerahnya dari tentara
salib namun kerugian mereka sangat besar kerugian itu mengakibatkan kekuatan
politik umat islam menjadi lemah.
Ada beberapa
peninggalan dan dampak yang diakibatkan hasil dari Perang Salib ini.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
Politik dan budaya
yang sangat berpengaruh pada masa abad pertengahan Eropa yang dikenal dengan
istilah Renaissance.
Dengan mengenalnya
perdagangan yang dilakukan oleh kaum muslimin, berpengaruh pesat terhadap
sistem perdagangan Eropa. Mereka bias menemukan hal-hal yang sebelumnya belum
pernah mereka temukan.
Kemajuan dibidang
berperangnya juga merupakan salah satu dampak peperangan ini. Orang-orang
Kristen Eropa pada khususnya mengetahui bagaimana caranya berperang, seperti
menunggang kuda, cara menyemangati ketika berperang, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hadi, Jamal,
arikh Al-Ummatul Muslimah Munzu Aqdami ‘Ushuriha wa Hatta Qurni As-Saabi’
Qablal Hijrah fi Misri wal ‘Iraq, Cet. I, Al-Manshurah: Dar. Al-Wafa’; 1991 M
-----------------------,
Jazirah Al-‘Arab, Cet. I, Al-Manshurah: Dar. Al-Wafa’; 1997 M
M. Harun Yahya,
Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa, Yogyakarta: Bina Usaha, 1987 M
Mamduh Husein,
Al-Hurubu As-Shalibiyah Wa Atsaruha Al-Hadari, Omman: Dar. ‘Ammar Lin Nasyar;
1998 M
--------------------,
Al-Hurubu As-Shalibiyah fi Syimal Afriqiyah wal Atsaruha Al-Hadhari, Cet. I,
Omman: Dar. ‘Ammar Lin Nasyar; 1998 M
Al-Mathawi, Muhammad
Al-‘Aruusiy, Al-Hurubu Ash-Salibiyah fil Masyriq wal Maghrib, Cet.I, Kairo:
Dar. Al-Gharbi : 1982 M
Mu’nas, Husein,
Athlas Tarikhul Islami, Ed. I, Cet. I, Cairo: Al-Zahra For Arab Mass Media;
1987 M
Nuwaar, Abdul Azis
Sulaiman dan Mahmud Muhammad Jamaluddin, At-Tarikh Al-Uruubi Al-Hadis Fi
‘Ashari An-Nahdhah Hatta Nihayati Al-Harbi Al-Alamiyah Al-Ula’, Cet. I, Kairo:
Dar. Al-Fikri; 1419 H/ 1999 M
As-Syaibani, Abdul
Wahid, Al-Kaamil fi At-Tarikh, Cet. I, Beirut: Dar Kutub Al-‘Alamiyah; 1407 H/
1987 M
Tajuddin Abd.
Rahman, Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah
Al-Muhammadiyah, 1953 M
Yatim, Badri,
Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;
1994 M
Zakkar, Suhail,
Al-Mausu’atu As-Syamilah fi Tarikh al-Hurubi As-Shalibiyah, Cet. I, Kairo; 1995
Zuhair bin Harbi,
Abi Bakar Ahmad bin Abi Hutseimah, At-Tarikhul Kabir, Cet I, Kairo: Al-Faruq
Al-Khaditsiyah Lit Taba’ati Wa Nasyar; 2004
[1]Ibid, h.29-30
[2] Ibid, h.30-32
[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed. 1, Cet. II,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 1994 M),
h.76-77
[4]M.Harun Yahya,
Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa, (Yogyakarta: Bina Usaha, 1987),
h.12-14
[5]Tajuddin Abd.
Rahman, Dirasat fi Al-Tarikh Al-Islami, (Kairo: Maktabah Al-Sunnah
Al-Muhammadiyah, 1953), h.148
[6]Ibid, h.153
[7]Al-Mathawi,
Muhammad Al-‘Aruusiy, Al-Hurubu Ash-Salibiyah fil Masyriq wal Maghrib, (Cet.I,
Kairo: Dar. Al-Gharbi : 1982 M), h.150
[8]Badri Yatim, Op.
Cit., h.174
Ansar
Zainuddin.2017.Sejarah Perang Salib. https://www.kumpulanmakalah.com/2015/12/perang-salib.html.
Diakses pada: Jumat, 8 Juni 2018
Istavita Utama.2018.
Sejarah Perang Salib.
http://underpapers.blogspot.com. Diakses pada: Jumat, 8 Juni 2018
Surya Putra
Al-hakim. 2012. Penyebab perang salib. http://suryaputraalhikmah.blogspot.com/2012/03/penyebab-perang-salib.html.
Diakses pada: Jumat, 8 Juni 2018
Wardah Cheche.2014.
Perang Salib. http://wardahcheche.blogspot.com/2014/04/perang-salib.html. Diakses pada: Jumat, 8 Juni 2018
Download Makalah Sejarah Perang Salib