Makalah Sejarah Lahirnya Kaum Aliran Maturidiyah - Download Makalah Sejarah Gratis File Docx
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dengan
memperhatikan secara seksama sejarah aliran Maturidiyah, secara jelas akan
terbukti bahwa pemikiran-pemikiran teologis aliran ini bersumber dari Abu
Hanifah. Karena sebelum masuk ke dalam pembahasan-pembahasan fikih, Abu Hanifah
pernah memiliki halaqah kajian teologi. Sejak awal ketika masalah-masalah
teologi secara sederhana muncul di tengah-tengah Islam, pada waktu itu sudah
terbentuk dua kelompok di tengah-tengah kaum muslimin.
Kelompok Ahlul Hadis yang dikenal dengan Hasywiah, Salafiah dan Hanabilah. Kelompok ini, seluruh keyakinannya disandarkan kepada makna-makna lahir dari ayat-ayat Qur’an dan sebagian besar dari keyakinan tersebut bersumber dari hadis. Mereka tidak menganggap akal sebagai sesuatu yang bernilai, dan jika di dalam kelompok ini ditemukan keyakinan-keyakinan seperti menyerupakan Tuhan dengan makhluk (tasybih) dan menganggap Tuhan adalah benda (tajsim), keterpaksaan atau determinisme (jabr), berkuasanya qadha dan qadar atas perilaku-perilaku bebas manusia, dan atau bersikeras atas keyakinan berkenaan dengan bahwa Tuhan dapat dilihat di hari kebangkitan, semuanya adalah akibat-akibat dari hadis-hadis yang tersebar di antara mereka, dan biasanya jejak tangan ulama-ulama Yahudi dan pendeta-pendeta Nasrani terlihat di dalam hadis-hadis tersebut. Mereka meyakini bahwa kalam Ilahi (Qur’an) adalah sesuatu yang sudah ada sebelum diciptakannya semesta ini (qadim). Seperti halnya kebanyakan orang Yahudi menganggap Taurat sebagai sesuatu yang ada tanpa didahului oleh sesuatu apapun (azali) dan juga orang-orang Nasrani yang menganggap Al Masih azali, mereka juga menganggap Al Qur’an sebagai qadim dan azali.
Kelompok
Mu’tazilah yang menganggap akal sebagai sesuatu yang berharga dan bernilai,
mereka menolak hadis dan riwayat yang bertentangan dengan hukum akal, dan
sumber keyakinan-keyakinan mereka diambil dari teks-teks ayat Qur’an dan hadis
Nabi Saw yang pasti dan juga dari hukum akal. Sesuatu yang perlu dikritisi
dari mereka adalah sikap mereka yang memberikan penilaian terlalu tinggi
terhadap akal melebihi kapasitasnya dan begitu banyak teks-teks Qur’an yang
pasti yang ada di syariat suci Islam dikesampingkan, karena dianggap muatannya
mengandung pemikiran yang bertentangan dengan akal.
Bertahun-tahun
lamanya berlangsung peperangan pemikiran yang tiada hentinya di antara kedua
kelompok ini, dan kemenangan salah satu kelompok atas kelompok yang lainnya
bergantung kepada bantuan-bantuan para penguasa di masa lalu; penguasa-penguasa
tersebut berpihak kepada salah satu kelompok dan berusaha melemahkan kelompok
yang lain.
Pertarungan
ini berlanjut dengan intensitas yang semakin tinggi sampai permulaan abad 300
Hijriah, akan tetapi pada permulaan abad keempat, dua orang yang berasal dari
dua wilayah yang berbeda menunjukkan dirinya dan melahirkan sebuah aliran yang
pada hakikatnya adalah sebuah aliran yang moderat dan tidak berpihak kepada dua
aliran sebelumnya, baik itu Ahli Hadis ataupun Mu’tazilah. Salah satu dari dua
orang ini adalah Abul Hasan Asy’ari (260-324 Hijriah) di Irak yang keluar dari
aliran Mu’tazilah dan bertobat karena telah meyakininya, dan mengumumkan
dirinya sebagai kawan dan pendukung Ahmad bin Hanbal, dan saat ini terdapat
campur tangan dalam aliran Ahmad bin Hanbal dan secara perlahan aliran ini
menjadi aliran resmi Ahlu Sunnah. Dan orang yang kedua adalah Abu Mansur
Maturidi Samarqandi (250-333 Hijriah) di belahan timur dunia Islam, seorang
pendukung aliran Ahli Hadis yang melakukan persis apa yang dilakukan oleh
koleganya Asy’ari, dan yang luarbiasa adalah walaupun kedua orang pendiri ini
hidup pada satu masa yang sama dan melangkah pada satu jalan yang sama, akan
tetapi mereka tidak saling mengenal satu dengan lainnya.
Wilayah
timur dunia Islam saat itu adalah pusat pembahasan masalah-masalah teologi,
seperti juga halnya Basrah yang merupakan tempat lahirnya Asy’ari adalah titik
pertemuan pandangan-pandangan keyakinan yang berbeda-beda, dan begitu juga
pemikiran-pemikiran asing yang masuk ke dalam Islam dari Negara-negara yang
berbeda pada saat kemenangan-kemenangan yang diraih Islam sebagai pemikiran-pemikiran
impor yang berpindah ke dunia Islam.
Dari
sisi fikih, aliran Hanafi menyebar di daerah Khurasan secara sempurna, pada
saat yang sama kebanyakan penduduk Basrah bermazhab Syafi’i, dari sudut pandang
ini para pengikut mazhab Hanafi memiliki kecenderungan yang tinggi kepada
aliran Maturidiyah, sedangkan para pengikut mazhab Syafi’i lebih dari yang
lainnya memilih aliran Asy’ari. Sebagian dari pemikiran aliran Maturidiyah
diperoleh dari Abu Hanifah dan terpengaruh oleh bukunya yang berjudul Fiqhul Akbar
yang membahas permasalahan keyakinan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Definisi Aliran Maturidiyah
2. Bagaimana Sejarah
Aliran Al-Maturidi?
3.
Apa saja Karya karya dari maturidi?
4.
Siapakah Tokoh-Tokoh Dan Ajarannya?
5.
Apa saja Doktrin-doktrin teologi Al-Maturidi?
6.
Ada berapa golongan dalam Al-Maturidi?
7.
Apa Pengaruh Al-Maturidi di dunia Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Aliran Maturidiyah
Berdasarkan
buku Pengantar Teologi Islam, aliran Maturidiyah diambil dari nama pendirinya,
yaitu Abu Mansur Muhammad bin Muhammad. Di samping itu, dalam buku terjemahan
oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib menjelaskan bahwa pendiri aliran
maturidiyah yakni Abu Manshur al-Maturidi, kemudian namanya dijadikan sebagai
nama aliran ini.
Maturidiyah
adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang
berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami dalam membantah
penyelisihnya seperti Mu’tazilah, Jahmiyah dan lain-lain untuk menetapkan
hakikat agama dan akidah Islamiyyah. Sejalan dengan itu juga, aliran
Maturidiyah merupakan aliran teologi dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur
Muhammad al-Maturidiyah dalam kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan
ajaran teknologi yang bercorak rasional.
2.2 Sejarah
Aliran Al-Maturidi
Abu
Manshur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi. Ia dilahirkan di sebuah
kota kecil di daerah Samarkan yang bernama Maturid, di wilayah Trmsoxiana di
Asia Tengah, daerah yang sekarang disebut Uzbekistan. Tahun kelahirannya tidak
diketahui pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-3 hijriyah. Ia
wafat pada tahun 333 H/944 M. Gurunya dalam bidang fiqih dan teologi yang
bernama Nasyr bin Yahya Al-Balakhi, ia wafat pada tahun 268 H. al-Maturidi
hidup pada masa khalifah Al-Mutwakil yang memerintah pada tahun 232-274
H/847-861 M. Karir pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni
bidang teologi dari pada fiqih. Pemikiran-pemikirannya banyak dituangkan dalam
bentuk karya tulis, diantaranya adalah kitab Tauhid, Ta’wil Al-Qur'an Makhas
Asy-Syara’I, Al-jald, dll. Selain itu ada pula karangan-karangan yang diduga
ditulis oleh Al-Maturidi yaitu Al-aqaid dan sarah fiqih.
Al-Maturidiah
merupakan salah satu sekte Ahl-al-sunnah al-Jamaah, yang tampil dengan Asy’ariyah.Maturidiah
da Asy’ariyah di lahirkan oleh kondisi social dan pemikiran yang sama.kedua
aliran ini datang untuk memenuhi kebutuhan mendesak yng menyerukan untuk
menyelamatkan diri dari ekstriminasi kaum rasionalis,dimana yang berada di
paling depan adalah kaum mu’tazilah,maupun ekstrimitas kaum tekstualitas di
mana yang berada di barisan paling depan adalah kaum Hanabilah.
2.3.
Karya Aliran Al-Maturidi
A.
Buku Tauhid, buku ini adalah buku sumber terbesar keyakinan dan aqidah aliran
Maturidiyah. Dalam buku ini untuk membuktikan kebenaran pendapatnya, ia
menggunakan Al Qur’an, hadis dan akal, dan terkadang memberikan keutamaan yang
lebih besar kepada akal.
B.
Ta’wilat Ahli Sunnah, buku ini berkenaan dengan tafsir Al Qur’an dan di
dalamnya dijelaskan tentang keyakinan-keyakinan Ahlu Sunnah dan
pandangan-pandangan fikih imam mazhabnya yaitu Abu Hanifah, pada hakikatnya ini
adalah buku aqidah dan fikih. Buku ini juga merupakan satu paket tafsir Al
Qur’an dan buku tersebut mencakup juz terakhir Qur’an dari surat Munafiqin
sampai akhir Qur’an.
Al
Maqalat, peneliti buku At Tauhid berkata bahwa naskah buku ini ada di beberapa
perpustakaan Eropa. Akan tetapi karya-karya lainnya dan nama-namanya tercantum
di buku-buku terjemahan di antaranya adalah:
a.
Akhdzu Al Syara’i
b.
Al Jadal fi Ushul Al Fiqh
c.
Bayan wa Hum Al Mu’tazilah
d.
Rad Kitab Al Ushul Al Khomsah lil Bahili
e.
Rad Al Imamah li ba’dzi Al Rawafidz
f.
Al Rad ala Ushu Al Qaramathah
g.
Rad Tahdzib Al Jadal Lil Ka’bi
h.
Rad wa Aid Al Fisaq lil Ka’bi
i.
Rad Awa’il Al Adilah lil Ka’bi
2.4.
Tokoh-Tokoh Dan Ajarannya
Tokoh
yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah ini adalah Abu al-Yusr Muhammad
al-Badzawi yang lahir pada tahun 421 Hijriyah dan meninggal pada tahun 493
Hijriyah.Ajaran-ajaran Al-Maturidi yang dikuasainya adalah karena neneknya
adalah murid dari Al-Maturidi.
Al-Badzawi
sendiri mempunyai beberapa orang murid, yang salah satunya adalah
Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku al-‘Aqa’idal
Nasafiah.
Seperti
Al-Baqillani dan Al-Juwaini, Al-Badzawi tidak pula selamanya sepaham dengan Al-Maturidi.
Antara kedua pemuka aliran Maturidiyah ini, terdapat perbedaan paham sehingga
boleh dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat dua golongan, yaitu
golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al-Maturidi dan golongan
Bukhara yang mengikuti paham-paham Al-Badzawi.
2.5.
Doktrin-doktrin teologi Al-Maturidi
A.
Akal dan wahyu
Dalam
pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur'an dan akal dalam bab
ini ia sama dengan Al-asy’ari. Menurut Al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan
kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam
mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang
memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan
dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam
tentang makhluk ciptaannya. Kalau akal tidak mempunyai kemampuan memperoleh
pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak akan menyuruh manusia untuk
melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman
dan pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintah
ayat-ayat tersebut. Namun akal menurut Al-Maturidi, tidak mampu mengetahui
kewajiban-kewajiban lainnya.
Dalam
masalah baik dan buruk, Al-Maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruk
sesuatu itu terletak pada suatu itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan
syari’ah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu. Dalam
kondisi demikian, wahyu diperoleh untuk dijadikan sebagai pembimbing
Al-Maturidi
membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
1.
Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2.
Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebutuhan sesuatu itu
3.
Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk
ajaran wahyu.
Jadi,
yang baik itu baik karena diperintah Allah, dan yang buruk itu buruk karena
larangan Allah. Pada korteks ini, Al-Maturidi berada pada posisi tengah dari
Mutazilah dan Al-Asy’ari.
B. Perbuatan
manusia
Menurut
Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam
wujud ini adalah ciptaan-Nya. Dalam hal ini, Al-Maturidi mempertemukan antara
ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan
manusia.
Dengan
demikian tidak ada peretentangan antara Qudrat Tuhan yang menciptakan perbuatan
manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. Kemudian karena daya di ciptakan
dalam diri manusia dan perbuatan yang di lakukan adalah perbuatan manusia
sendiri dalam arti yang sebenarnya, maka tentu daya itu juga daya manusia.
C. Kekuasaan
dan kehendak mutlak Tuhan
Telah
diuraikan di atas bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam wujud ini,
yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Allah Swt. Menurut Al-Maturidi qudrat
Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu
berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.
D. Sifat
Tuhan
Dalam
hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah. Perbedaan
keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan,
sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan. Tuhan mempunyai
sifat-sifat, seperti sama, bashar, kalam, dan sebagainya. Al-Maturidi
berpendapat bahwa sifat itu tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula
lain dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama/inheren) dzat
tanpa terpisah (innaha lam takun ain adz-dzat wa la hiya ghairuhu). Sifat tidak
berwujud tersendiri dari dzat, sehingga berbilangnya sifat tidak akan membawa
kepada bilangannya yang qadim (taadud al-qadama).
Tampaknya
faham tentang makna sifat Tuhan ini cenderung mendekati faham Mu’tazilah,
perbedaannya terletak pada pengakuan terhadap adanya sifat Tuhan.
E. Melihat
Tuhan
Al-Maturidi
mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitahukan oleh
Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 22dan 23. namun
melihat Tuhan, kelak di akherat tidak dalam bentuknya (bila kaifa), karena
keadaan di akherat tidak sama dengan keadaan di dunia.
F.
Kalam Tuhan
Al-Maturidi
membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam
nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat
qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah
baharu (hadist). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya bagaimana
allah bersifat dengannya (bila kaifa) tidak di ketahui, kecuali dengan suatu
perantara.
G. Perbuatan
manusia
Menurut
Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya
atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan
kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya
sendiri. Oleh karena itu, Tuhan tidak wjib berbuat ash-shalah wa-al ashlah
(yang baik dan terbaik bagi manusia). setiap perbuatan tuhan yang bersifat
mencipta atau kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepada manusia tidak lepas
dari hikmah dan keadilan yang di kehendaki-Nya. Kewajiban-kewajiban tersebut
adalah :
(1)
Tuhan tidak akan membebankan kewajiban-kewajiban kepada manusia di luar
kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan manusioa
juga di beri kemerdekaan oleh tuhan dalam kemampuan dan perbuatannya
(2)
Hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntunan keadilan yang
sudah di tetapkan-Nya.
H. Pelaku
dosa besar
Al-Maturidi
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam
neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena tuhan sudah
menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan
perbuatannya.kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat dosa
syirik.dengan demikian, berbuat dosa besar selain syirik tidak akan menyebabkan
pelakunya kekal di dalam neraka. Oleh karena itu, perbuatan dosa besar (selain
syirik) tidaklah menjadikan seseorang kafir atau murtad
I.
Pengutusan Rasul
Pandangan
Al-Maturidi tidak jauh beda dengan pandangan mutazilah yang berpendapat bahwa
pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban Tuhan agar manusia
dapat berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya.
Pengutusan
rasul berfungsi sebagai sumber informasi. Tanpa mengikuti ajarannya wahyu yang
di sampaikan rasul berarti mansia telah membebankan sesuatu yang berada di luar
kemampuannya kepada akalnya.
2.6.
Golongan-Golongan Dalam Al-Maturidi
A. Maturidiyah
Samarkand (al-Maturidi)
Yang
menjadi golongan ini dalah pengikut Al-maturidi sendiri, golongan ini cenderung
ke arah paham mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat tuhan,
maturidi dan asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, tuhan
mempunyai sifat-sifat,tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan
pengetahuannya.
Aliran
maturidi juga sepaham dengan mu’tazilah dalam soal al-waid wa al-waid. Bahwa
janji dan ancaman tuhan, kelak pasti terjadi.
B. Maturidiyah
bukhara (Al-Bazdawi)
Golongan
Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia merupakan
pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya.Nenek
Al-Bazdawi menjadi salah satu murid maturidi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi
dapat menerima ajaran maturidi. Dengan demikian yang di maksud golongan Bukhara
adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Al-maturidiyah, yang
mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Al-asy’ary.
Aliran
Maturidiyah Bukhara lebih dekat kepada Asy'ariyah sedangkan aliran Maturidiyah
Samarkand dalam beberapa hal lebih dekat kepada Mutazilah,terutama dalam
masalah keterbukaan terhadap peranan akal.
Namun
walaupun sebagai aliran maturidiyah. Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham dengan
maturidi.Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagin umat Islam yang
bermazab Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya sampai sekarang masih hidup
dan berkembang dikalangan umat Islam.
2.7. Pengaruh
Al-Maturidi di dunia Islam
Aliran
al-Maturidiyah ini telah meninggalkan pengaruh dalam dunia Islam. Hal ini bisa
dipahami karena manhajnya yang memiliki ciri mengambil sikap tengah antara akal
dan dalil naqli, pandangannya yang bersifat universal dalam menghubungkan
masalah yang sifatnya juziy ke sesuatu yang kulliy. Aliran ini juga
berusaha menghubungkan antara fikir dan amal, mengutamakan pengenalan
pada masalah-masalah yang diperselisihkan oleh banyak ulama kalam namun masih
berkisar pada satu pemahaman untuk dikritisi letak-letak kelemahannya.
Keistimewaan
yang juga dimiliki al-Maturidiyah bahwa pengikutnya dalam perselisihan atau
perdebatan tidak sampai saling mengkafirkan sebagaimana yang pernah terjadi
dikalangan Khawarij, Rawafidh dan Qadariyah. Aliran mi selanjutnya banyak
dianut oleh mazhab Hanafiyah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Maturidiyah
adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang
berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami dalam membantah
penyelisihnya seperti Mu’tazilah, Jahmiyah dan lain-lain untuk menetapkan
hakikat agama dan akidah Islamiyyah. Karya Aliran Al-Maturidi adalah Ta’wilat
Ahli Sunnah dan Buku Tauhid. Tokoh yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah
ini adalah Abu al-Yusr Muhammad al-Badzawi, mempunyai beberapa
orang murid, yang salah satunya adalah Najm al-Din Muhammad
al-Nasafi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hassanain.
Sejarah Maturidiyah. http://www.alhassanain.com Diakses
pada 5 April 2017
Istavita
Utama. 2017. Sejarah Lahirnya Kaum Aliran Maturidiyah. http://underpapers.blogspot.com
Syafieh
Yanti. 2013. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Al-Asy’ari Dan Al-Maturidi. http://syafieh.blogspot.com/ Diakses
pada 5 April 2017
Download Makalah: Sejarah Lahirnya Kaum Aliran Maturidiyah