Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Kerajaan Islam di Irian Jaya - Download Makalah Sejarah Islam Gratis File Docx

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Islam diyakini telah ada di Papua jauh sebelum misionaris Nasrani masuk pulau paling timur Indonesia itu. Saksi bisu sejarah itu adalah Masjid Patimburak di Distrik Kokas, Fak-Fak. Masjid ini dibangun oleh Raja Wertuer I bernama kecil Semempe.

***
Download Makalah Kerajaan Islam di Irian Jaya
***

Sejarah masuknya agama Islam di pulau Papua dan proses penyebaran awal di tengah-tengah masyarakat Papua memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Artinya, hingga saat ini belum terdapat kesepakatan di kalangan umat Islam di pulau Papua menyangkut kapan waktu pertama kali Islam hadir di pulau Papua, dari mana Islam datang, bagaimana proses penyebarannya. Hal ini menandakan bahwa kajian sejarah Islam di Papua masih diluar jangkauan dan penelitian para ahli sejarah. Untuk itu pada makalah ini akan sedikit di bahas tentang masuknya Islam di pulau Papua.

Namun dapat sedikit disimpulkan ,bahwa penyebaran agama Islam di Papua itu tidak terlepas dari penyebaran islam di daerah-daerah lain,Seperti kerajaan Bacan yang merupakan Kerajaan besar di Maluku,di mana memilki kekuasaan yang cukup luas di Maluku.

1.2    Perumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana sejarah awal agama Islam masuk ke tanah Papua?
2.    Hal apa saja yang timbul di tanah Papua  dengan adanya kedatangan Islam?
3.    Hal apa saja yang dapat menjadi bukti bahwa Islam pernah masuk ke tanah Papua?
4.    Bagaimana pengaruh setelah Islam datang di tanah Papua?

1.3 Tujuan Makalah
Tujuan Pembuatan makalah ini yaitu :
1.    Menjelaskan tentang sejarah awal agama Islam masuk ke tanah Papua.
2.    Menjelaskan tentang hal- hal yang timbul di tanah Papua setelah Islam datang.
3.    Menjelaskan tentang bukti peninggalan Islam di Papua.
4.    Menjelaskan tentang pengaruh setelah Islam datang di tanah Papua.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Papua
Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu mengenai tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.

Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fak-Fak, Kaimana dan Teluk Bintuni- Manokwari, diantara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis. Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:
A. Teori Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatakan bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi Adam dan Hawa berada di daratan Papua.

B. Teori Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di Fak-Fak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fak-Fak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fak-Fak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

C. Teori Arab
Menurut sejarah lisan Fak-Fak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fak-Fak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fak-Fak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:
  • Islam dibawa oleh Sultan Abdul Qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fak-Fak, Sorong dan sekitarnya).
  • Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

D. Teori Jawa
Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan Siti Hawa Farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.

E. Teori Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda yang diteruskan ke Fak-Fak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama Salahuddin dan Sainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

F. Teori Bacan
Kesultanan bacan dimasa Sultan Mohammad al-Bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo) lewat walinya ja’far As-Shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, Philipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan Papua.

Menurut Arnold, Raja bacan yang pertama masuk Islam bernama Zainal Abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati. Kemudian Sultan Bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung Onin Fak-Fak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.

Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja Bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan Raja Ampat itu.

G. Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)
Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, Raja Ampat, maka sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra Sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/ kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.

Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M dan Antonio Pegafetta yang tiba di Tidore pada tahun 1521 M. Mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu. proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer.

Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru itu. Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai berikut:
  1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.
  2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
  3. Naskah- naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
  4. Di Fak-Fak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa.
  5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.

2.2 Timbulnya Kerajaan-Kerajaan (Petuanan) Islam
    Taufiq Abdullah menyatakan bahwa terdapat tiga konsep tentang masuknya agama Islam ke suatu daerah, yaitu:
  • Datang, yang dinyatakan dengan adanya bekas peninggalan Islam di kawasan yang bersangkutan.
  • Berkembang, yang dinyatakan dengan adanya masjid, pusat-pusat pendidikan dan komunitas dan sarana keagamaan lainnya.
  • Kekuasaan politik, dengan munculnya kekuasaan kerajaan tersebut.
Dari ketiga konsep di atas, di Tanah Papua pun berdiri kerajaan-kerajaan (petuanan) Islam mini yang di berikan otonomi oleh Kesultanan di Maluku. Kerajaan-kerajaan Islam mini ini terdapat di kepulauan Raja Ampat-Sorong dan Jazirah Bomberay (Fak-Fak dan Kaimana), yaitu:
A. Kerajaan-kerajaan Islam di Kepulauan Raja Ampat
Kerajaan-kerajaan Islam di Kepulauan Raja Ampat terbagi dalam 4 kerajaan, yaitu:
1.    Kerajaan Waigeo dengan pusat pemerintahannya di Weweyai, Pulau Waigeo
2.    Kerajaan Salawati dengan pusatnya di Sailolof, pulau Salawatati Selatan;
3.    Kerajaan Misool dengan pusatnya di Lilinta, Pulau Misool; (4) Kerajaan Batanta.

B. Kerajaan-kerajaan Islam di Wilayah Fak-Fak dan Kaimana
Kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Fak- Fak dan Kaimana terbagi dalam 9 kerajaan, yaitu:
1.    Kerajaan Namatota
2.    Kerajaan Komisi
3.    Kerajaan Fatagar
4.    Kerajaan Ati-Ati
5.    Kerajaan Rumbati
6.    Kerajaan Pattipi
7.    Kerajaan Sekar
8.    Kerajaan Wertuar
9.    Kerajaan Arguni.
Disini juga akan dijelaskan tentang proses Islamisasi di wilayah Fak- Fak dilakukan melalui berbagai jalur, diantaranya yaitu :
1.    perdagangan, Jalur perdagangan dilakukan ketika para pedagang datang kemudian mereka menetap di pemukiman masyarakat di sekitar daerah pesisir pantai, selain berdagang mereka juga memperkenalkan agama Islam dengan mengajarkan penduduk untuk melakukan shalat.
2.    perkawinan para pedagang umumnya menempuh cara perkawinan agar lebih gampang atau mudah memperoleh kemungkinan dan jalan masuk untuk mendapatkan hasil pala dari masyarakat Fakfak. Para pedagang datang ke wilayah ini kemudian mereka kawin dengan kaum wanita di tempat tersebut dengan demikian ia dijadikan pemimpin dalam agama Islam.
3.    pendidikan non formal dilakukan melalui pusat-pusat pengajian yang berlokasi di mesjid-mesjid maupun di rumah- rumah para mubaliqh.
4.    politik yang dimaksud dengan penyebaran dakwah melalui saluran politik ialah bahwa atas jasa dan upaya para raja dan pertuanan dan keluarga-keluarganya maka agama Islam turut disebarkan.

2.3    Bukti-Bukti Peninggalan
1. Daerah Fak- Fak dan Kaimana
Di daerah Fakfak dan Kimana terdapat bukti-bukti peninggalan penyebaran Islam, di antaranya ialah: terdapat tiga buah masjid tua, masing-masing Masjid Tunasgain di kampung Tunasgain, distrik Fakfak Timur, Masjid Tubirseram di pulau Tubirseram, dan Masjid Patimburak di kampung Ptimburak. Selain bukti masjid-masjid tersebut, terdapat juga bukti lain yaitu naskah kuno, Manuskrip yang berupa mushaf al-Qur’an yang ditulis di atas kulit kayu dan masih banyak yang lainnya.

2. Daerah Raja Ampat
Di daerah Raja Ampat terdapat bukti-bukti peninggalan penyebaran Islam, di antaranya ialah: Living Monument (masjid-masjid) dan Dead Monument (makam-makam Islam lama).

3. Kepulauan Mansinam Manokwari
Di daerah Manokwari terdapat bukti-bukti peninggalan penyebaran Islam, di antaranya ialah: salinan manuskrip yang aslinya berbahasa Tidore kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

2.4 Pengaruh Islam
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarnakan pada saat itu tidak generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya.

Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak Irian Jaya berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong proses penyebaran Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti Muhammadiyah, Nahdhalatu Ulama, LDII, dan pesantren-pesantren dengan tradisi ahli sunnah wal jamaah.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab I dan bab II, dapat kita simpulkan bahwa proses Islamisasi di tanah Papua masih menjadi pertanyaan besar karena kurangnnya sumber dalam melakukan penelitian. Namun, dengan adanya sumber yang tersedia proses Islamisasi di tanah Papua itu tidak terlepas dari penyebaran islam di daerah-daerah lain,Seperti kerajaan Bacan yang merupakan Kerajaan besar di Maluku,di mana memilki kekuasaan yang cukup luas di Maluku. Islamisasi di tanaha papua juga dlakukan dengan cara perdagangan, perkawinan, pendidikan non formal, dan politik. Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua juga dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu: teori Papua, teori Aceh, teori Arab, teori Jawa, teori Banda, teori Bacan, teori Maluku Utara ( Ternate- Tidore).

Di Tanah Papua pun berdiri kerajaan-kerajaan (petuanan) Islam mini yang di berikan otonomi oleh Kesultanan di Maluku. Kerajaan-kerajaan Islam mini ini terdapat di kepulauan Raja Ampat-Sorong dan Jazirah Bomberay (Fak-Fak dan Kaimana). Bukti peninggalan adanya Islamisasi di tanah Papua yaitu dengan adanya masjid- masjid diberbagai wilayah Papua, seperti di daerah Kaimana, Fak- Fak, Mansinam Manokwari, dan daerah raja Ampat.

3.2 Saran
Dari penjelasan materi di atas, kami mengharapkan para pembaca mendapatkan manfaat yang positif dari makalah ini dan terus menggali dan mencari informasi yang lebih banyak lagi tentang perkembangan Islam di tanah Papua karena kam menyadari makalah kami masih banyak kekurangan dalam memberikan informasi tentang Islamisasi di Papua serta Kerajaanny.




DAFTAR PUSTAKA

http://ilalang-pagi.blogspot.com/2010/01/kerajaan-islam-yang-tenggelam-di-tanah.html, Diakses pada: Rabu, 7 Agustus 2018

http://www.papuaweb.org/dlib/s123/mansoben/05.pdf, Diakses pada: Rabu, 7 Agustus 2018

Anisa. 2015. Makalah Kerajaan Islam di Irian Jaya. http://4shared.com. Diakses pada: Rabu, 7 Agustus 2018

Istavita Utama. 2018. Makalah Kerajaan Islam di Irian Jaya. http://underpapers.blogsspot.com. Diakses pada: Rabu, 7 Agustus 2018



Download Makalah Kerajaan Islam di Irian Jaya