Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Kemiskinan - Download Makalah Ekonomi Gratis File Docx

BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang
    Salah satu hal yang paling asasi yang melekat pada manusia adalah perubahan. Perubahan menjadi sangat asasi karena pada hakikatnya semua manusia ingin berubah dan berkembang di dalam menjalani kehidupannya. Secara umum masyarakat dunia terbagi ke dalam dua bagian yaitu, masyarakat yang sedang berkembang/sudah berkembang dengan masyarakat yang tidak mampu keluar dari jebakan kemiskinan. Isu yang berkembang dan menjadi pusat perhatian sampai saai ini adalah masyarakat yang sampai saat ini belum mampu keluar dari jebakan kemiskinan.

***
Download Makalah Kemiskinan
***

Berdasarkan kriteria tersebut, Indonesia termasuk ke dalam kategori masyarakat yang sedang berkembang dan berusaha untuk keluar dari jebakan kemiskinan. Berbagai program pengentasan kemiskinan sedang gencar-gencarnya direncanakan dan direalisasikan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas hidup masyarakat. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat data kemiskinan di Indonesia masih cukup besar dan tidak merata. Dari 31,02 juta penduduk yang hidup miskin, sebagian besarnya menetap di Pulau Jawa.

    Data lain adalah, tingkat kemiskinan di pedesaan secara signifikan cenderung masih lebih tinnggi dibandingkan dengan perkotaan. Hal ini tentunya  sangat berkaitan erat dengan adanya kesenjangan modal sosial yang dimiliki desa dan kota. Tercatat tingkat kemiskinan di daerah per desaan di Indonesia mencapai 16,56 persen sedang di perkotaan adalah sebesar 9,87 persen.

Secara sederhana, kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan tidak sekedar ketidakcukupan pendapatan dan pembangunan manusia, kemiskinan juga merupakan kerentanan dan lemahnya suara, kekuasaan, dan keterwakilan politik.

Kemiskinan merupakan isu strategis yang harus dipecahkan dan perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah karena menyangkut hak asasi manusia. Penanggulangan kemiskinan secara sinergis harus dilakukan agar seluruh warga Negara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Untuk lebih memahami konsep kemiskinan tersebut, pada pembahasan kali ini akan dikaji secara lebih kompleks isu-isu mengenai kemiskinan dan upaya-upaya untuk mengurangi dan menanggulangi kemiskinan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
    Berdasarkan pada alur pikir dari latar belakang tersebut, maka dapat kita lihat yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apa definisi dan konsep dari kemiskinan?
2. Fenomena-fenomena apa yang sedang berkembang di masyarakat kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia?
3. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi dan menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia?
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dan konsep dari kemiskinan
2. Untuk mengetahui Fenomena-fenomena apa yang sedang berkembang di masyarakat kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia
3. Untuk mengetahui Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi dan menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan konsep kemiskinan
Ginandjar (1993), kemiskinan ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi. Keadaan kemiskinan umumnya diukur dengan tingkat pendapatan dan pada dasarnya dapat dibedakan dalam kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif.

Karlsson (1978), dimensi-dimensi dari kemiskinan absolute adalah makanan, air, perumahan, kesehatan dan pemeliharaannya, pendidikan dan kesempatan kerja, sementara penyebab dari berlanjutnya kemiskinan absolute adalah tidak mencakupinya barang-barang dan jasa yang tersedia atau tidak memadainya pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, besarnya jumlah penduduk atau peledakan populasi dan tidak meratanya distribusi sumber-sumber yang ada.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah masyarakat kemiskinan sebagai fenimena sosial yang telah lama ada berkembang sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal jah dari masyarakat lain yang memiliki potensi tinggi. Substansi kemiskinan adalah kondisi deprevasi terhyadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan dan pendidikan dasar.

Kemiskinan juga sering disandingkan dengan kesenjangan, karena masalah kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan. Substansi kesenjangan adalah ketidakmerataaan ekses terhadap sumber daya ekonomi. Dalam konteks kemiskinan yang dialami sebagaian besar penduduk perdesaan. Kesenjangan terletak pada akses dibidang ekonomi, keterbatasan akses ekonomi seperti pada faktor produksi telah menyebabkan seseorang tidak berdaya secara ekonomi. Adapun akses produksi itu adalah modal, pasar, sektor informal, pusat perdagangan dan sarana lain untuk melakukan aktivitas produktif.

Dengan terbatasnya aksessibilitas ini menyebabkan pendapatan yang diperoleh terbatas, sehingga akan sulit bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan.
Adapun indikator kemiskinan, sebagai berikut;
Pertama, pendekatan absolut yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Tolak ukur yang dipakai adalah kebutuhan keluarga dengan memperhatikan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi oleh suatu keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara sederhana, tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Termasuk didalamnya kebutuhan akan pangan, perumahan, sandang, pemeliharaan kesehatan dan pendidikan anak. Menurut pandangan ini kemiskinan dipahami sebagai suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencapai kebutuhan fisik pada tingkat minimal dari standar kebutuhan yang sudah ditetapkan.

Kedua, adalah pendekatan relatif yang mendefinisikan kemiskinan dalam kaitannya dengan kebutuhan seseorang di dalam masyarakat. Tolak ukur yang dipakai adalah tingkat pendapatan kepala keluarga perbulan atau pertahun. Berdasarkan tolak ukur ini seseorang yang tergolong miskin ditentukan berdasarkan kedudukan relatifnya dalam masyarakat dengan memperhatikan sejauhmana mutu kehidupannya berbeda dibandingkan dengan rata-rata mutu kehidupan yang berlaku secara keseluruhan. Menurut pendekatan relatif, kemiskinan sekelompok orang dalam masyarakat yang hidup dalam keadaan melarat, terhina dan tidak layak disebabkan tidak meratanya pembagian pendapatan didalam masyarakat.

Ketiga, adalah pendekatan subjektif, opini seseorang tentang situasinya sendiri. Misal identifikasi kreteria rumah tangga miskin menurut persepsi kelompok responden wanita tua, wanita muda, pria muda, pria tua dan pemuda pemudi.

Kemiskinan dapat juga ditentukan dengan cara membandingkan tingkat pendapatan individu atau keluarga dengna pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasar minimum. Dengan demikian, tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dan tidak miskin. Konsep kemiskinan seperti ini dikenal sebagai konsep kemiskinan absolut. Pada kondisi lain bila tingkat pendapatan sudah mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pendapatan masyarakat disekitarnya.

2.2 Fenomena-fenomena yang sedang berkembang di masyarakat yang kaitannya dengan kemiskinan
Jumlah penduduk yang tergolong memiliki kehidupan mapan di Indonesia ternyata mengejutkan. Jika dibandingkan dengan negara Asia, jumlah penduduk mapan Indonesia merupakan 9 persen dari populasi penduduk kaya Asia. Jumlah orang mapan Indonesia mengalahkan Korea (3,2 juta jiwa), Taiwan (1,8 juta jiwa), Malaysia (1,6 juta jiwa), Hong Kong (1,2 juta jiwa) dan Singapura (700 ribu jiwa).

Total jumlah penduduk mapan di Asia  mencapai 42 juta orang pada 2009 dan diperkirakan meningkat menjadi 86 juta pada 2013. Sedangkan yang masuk golongan lebih makmur atau kalangan atas jumlahnya lebih sedikit, hanya 18 juta orang. Jumlah itu diramalkan kan melonjak 18 persen menjadi 35 juta orang pada 2013. Sementara itu, untuk level tertinggi atau super kaya jumlahnya mencapai satu juta dan diperkirakan meningkat menjadi dua juta pada 2013.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, kenaikan itu disebabkan oleh  pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai sekitar enam persen atau lebih, yang pada gilirannya akan meningkatkan Produk Domestik Brutto. "Dampaknya akan lebih bagus jika pertumbuhan PDB lebih cepat dibanding laju pertumbuhan penduduk," ujarnya. Jika momentum pertumbuhan terus dijaga, kata Rusman,  pertumbuhan akan bisa mencapai tujuh persen atau lebih. Makin bergairahnya perekonomian nasional akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita.

Mengenai hal itu, Chief Economist Danareksa Research, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan, "Meski angka kemiskinan menurun, namun jumlahnya masih besar." Beberapa tahun ke belakang, kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya telah menjadi prioritas pembangunan dan menjadi agenda pokok yang mengerahkan berbagai sumber daya pembangunan. Selama itu pula, dinamika kemiskinan dan penanggulangannya di Indonesia juga turut berkembang. Sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan telah turun menjadi 11.96 persen (29.13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49 persen, dari 13,33 persen pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011, tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36 persen.

Penduduk miskin di Indonesia tersebar tidak merata. Jumlah terbesar dari penduduk miskin sebesar 57,8 persen berada di pulau Jawa. Lalu sebanyak 21 persen di Sumatera, 7,5 persen di Sulawesi, 6,2 persen di Nusa Tenggara, 4,2 persen di Maluku dan Papua dan angka terkecil sebesar 3,4 persen tersebar di Kalimantan. Angka kemiskinan tidak dapat turun dengan signifikan karena inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin juga tinggi. Kondisi global yang berimbas pada situasi nasional, mendorong kenaikan harga-harga, kenaikan bahan-bahan pokok yang tertinggi di antara kelompok pengeluaran untuk bahan-bahan lainnya. Pengeluaran rumah tangga miskin untuk bahan pokok ini rentan terhadap kenaikan harga pangan.
  • Februari 2008, di Makassar, Sulsel; seorang ibu (45 th) dan seorang anak balitanya (4 th) meninggal dalam kondisi 3 hari kelaparan dan diare akut. Para tetangga, begitu pula RT/RW-nya, diberitakan tidak ada yang tahu karena mereka tidak pernah meminta-minta.
  • Mei 2008, seorang anak yatim laki2 usia SD di Cibinong terpaksa tidak sekolah karena harus menjaga 2 adiknya yang masih kecil. Ibunya harus mencari nafkah dengan pendapatan yang kecil sehingga tidak mencukupi untuk membayar pembantu rumah tangga.
  • Jatah beras miskin (raskin) yang didrop via ke-tua RT 1 x/ bulan tidak bisa ditebus oleh yang berhak. Saat beras datang, mereka tidak sanggup mengganti biaya transportasi karena sedang tidak punya uang (karena memang benar2 miskin). Akhirnya beras dibeli oleh orang yang lebih mampu.
  • Riba eceran (pinjaman bernilai kecil) banyak terja-di di kalangan orang miskin. Hutang Rp 200.000,- mesti dibayar Rp 8.000 per hari x 30 hari (bunga 20%/bulan)
  • Makassar, Maret 2008, seorang ibu miskin, sehabis bersalin, berniat menjual bayinya agar bisa membayar biaya pesalinan Rp300 ribu. Di Bekasi, Maret 2008, seorang ibu membenamkan 2 anaknya sehingga mati karena kemiskinan

2.3 Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan
Klaster I
 1.  Program Keluarga Harapan (PKH)
    PKH adalah program perlindungan sosial yang  memberikan  bantuan  tunai  kepada  Rumah  Tangga  Sangat  Miskin  (RTSM)  dan  bagi  anggota  keluarga  RTS  diwajibkan  melaksanakan  persyaratan  dan  ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam  jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM  dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus  mata  rantai  kemiskinan  antar  generasi,  sehingga  generasi  berikutnya  dapat  keluar  dari  perangkap  kemiskinan. 
    Pelaksanaan  PKH  juga  mendukung  upaya  pencapaian  Tujuan  Pembangunan  Millenium.  Lima  Komponen Tujuan  MDG’s  yang  akan  terbantu  oleh  PKH  yaitu:  Pengurangan  penduduk  miskin  dan  kelaparan;  Pendidikan  Dasar;  Kesetaraan  Gender;  Pengurangan  angka  kematian  bayi  dan  balita;  Pengurangan kematian ibu melahirkan.

2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
    BOS  adalah  program  pemerintah  untuk  penyediaan  pendanaan  biaya  nonpersonalia  bagi  satuan  pendidikan  dasar  dan  menengah  pertama  sebagai  wujud  pelaksanaan  program  wajib  belajar  9 tahun. BOS diprioritaskan untuk biaya operasional  nonpersonal,  meskipun  dimungkinkan  untuk  membiayai  beberapa  kegiatan  lain  yang  tergolong  dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan umum  program BOS untuk meringankan beban masyarakat  terhadap  pembiayaan  pendidikan  dalam  rangka  wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Sasaran  program BOS adalah semua siswa (peserta didik) di  jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)  dan  Sekolah  Menengah  Pertama  (SMP)/Madrasah  Tsyanawiyah  (MTs),  termasuk  Sekolah  Menengah Terbuka (SMPT) dan Pusat Kegiatan Belajar Mandiri  (PKBM)  yang  diselenggarakan  oleh  masyarakat,  baik  negeri  maupun  swasta  di  seluruh  provinsi  di  Indonesia.

3. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
    Meski dana BOS diharapkan dapat meningkatkan  jumlah  keikutsertaan  peserta  didik,  tapi  faktanya,  masih tetap saja ada siswa yang putus sekolah dan  tidak  melanjutkan.  Penyebabnya,  para  orangtua  kesulitan  memenuhi  kebutuhan  pendidikan  seperti  baju,  seragam,  buku  tulis  dan  buku  cetak,  sepatu,  biaya  transportasi,  dan  biaya  lain-lain  yang  tidak  ditanggung  oleh  dana  BOS  (Bantuan  Operasional  Sekolah).

Kebijakan  Bantuan  Siswa  Miskin  (BSM)  bertujuan agar siswa dari kalangan tidak mampu dapat  terus  melanjutkan  pendidikan  di  sekolah.  Program  ini  bersifat  bantuan  bukan  beasiswa,  karena  jika  beasiswa bukan berdasarkan kemiskinan, melainkan  prestasi. Dana sebesar Rp 360.000 per tahun diberikan  kepada  siswa  tingkat  SD,  dipergunakan  untuk  keperluan  sekolah,  seperti,  pembelian  buku  pelajaran,  seragam  sekolah,  alat-alat  olahraga  dan  keterampilan,  pembayaran  transportasi  ke  sekolah,  serta keperluan lain yang berkaitan dengan proses  pembelajaran di sekolah.

BSM  adalah  bantuan  yang  diberikan  kepada  siswa  dari  keluarga  kurang  mampu  untuk  dapat  melakukan  kegiatan  belajar  di  sekolah.  Bantuan  ini  memberi  peluang  bagi  siswa  untuk  mengikuti  pendidikan  di  level  yang  lebih  tinggi.  Selain  itu,  bertujuan  untuk  mengurangi  jumlah  siswa  putus  sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan.

    Sementara  bagi  siswa  miskin  di  jenjang  pendidikan menengah atas pemerintah menyiapkan  bantuan  khusus  murid  miskin  di  jenjang  SMA  dan  bantuan beasiswa untuk siswa miskin pada jenjang  SMK.  Di jenjang pendidikan tinggi, program beasiswa  bagi anak kurang mampu juga digulirkan pemerintah  dengan  nama  bantuan  belajar  mahasiswa  miskin ber-IPK  2,5,  dan  beasiswa  bidik  misi.  Bidik  misi  bertujuan untuk meningkatkan akses dan kesempatan  belajar  di  perguruan  tinggi  bagi  peserta  didik  yang  berpotensi  akademik  memadai  dan  kurang  mampu  secara ekonomi.

4.  Program  Jaminan  Kesehatan  Masyarakat (JAMKESMAS)
    Jamkesmas  adalah  program  bantuan  sosial  untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin  dan  hampir  miskin.  Tujuan  Jamkesmas  adalah  meningkatkan  akses  terhadap  masyarakat  miskin  dan hampir miskin agar dapat memperoleh pelayanan  kesehatan. Pada saat ini Jamkesmas melayani 76,4  juta jiwa. 

5.  Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
    Raskin  merupakan  subsidi  pangan  yang  diperuntukkan  bagi  keluarga  miskin  sebagai  upaya  dari  pemerintah  untuk  meningkatkan  ketahanan  pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga  miskin. Pendistribusian beras ini diharapkan mampu  menjangkau keluarga miskin dimana masing-masing  keluarga  akan  menerima  beras  minimal  10  Kg/KK  tiap bulan dan maksimal 20 Kg/KK tiap bulan dengan  harga  bersih  Rp  1.000/kg  di  titik-titik  distribusi.  Keberhasilan  Program  Raskin  diukur  berdasarkan  tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu: tepat sasaran,  tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas,  dan tepat administrasi.

    Program ini bertujuan untuk mengurangi beban  pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui  pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam  bentuk  beras  dan  mencegah  penurunan  konsumsi  energi dan protein. Selain itu raskin bertujuan untuk   meningkatkan/membuka  akses  pangan  keluarga  melalui penjualan beras kepada keluarga penerima  manfaat  dengan jumlah yang telah ditentukan.


Klaster II
1.  Program  Nasional  Pemberdayaan  Masyarakat (PNPM)
    PNPM  adalah  program  nasional  dalam  wujud  kerangka  kebijakan  sebagai  dasar  dan  acuan  pelaksanaan  program-program  penanggulangan  kemiskinan  berbasis  pemberdayaan  masyarakat. 
PNPM  dilaksanakan  melalui  harmonisasi  dan  pengembangan  sistem  serta  mekanisme  dan  prosedur program, penyediaan pendampingan, dan  pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan  inovasi  masyarakat  dalam  upaya  penanggulangan  kemiskinan yang berkelanjutan.

    Program  penanggulangan  kemiskinan  yang  berbasis  pemberdayaan  masyarakat  dapat  dikategorikan  menjadi  dua  yakni:  (1)  PNPM-Inti  terdiri  dari  program/proyek  pemberdayaan  masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup  PNPM  Mandiri  Perdesaan,  PNPM  Mandiri  Perkotaan,  Program  Pengembangan  Infrastruktur  Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Percepatan  Pembangunan  Daerah  Tertinggal  dan  Khusus  (P2DTK). (2) PNPM-Penguatan terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektor  untuk  mendukung  penanggulangan  kemiskinan  yang  pelaksanaannya  terkait  pencapaian  target  sektor  tertentu.  Pelaksanaan  program-program  ini  di  tingkat  komunitas  mengacu  pada  kerangka  kebijakan PNPM Mandiri. 

Klaster III
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
    Kredit  Usaha  Rakyat  (KUR)  adalah  dana  pinjaman dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK)  dan  atau  Kredit  Investasi  (KI)  dengan  plafon  kredit  dari  Rp.  5  Juta  sampai  dengan  Rp.  500  juta.  Agunan  pokok  KUR  adalah  proyek/usaha  yang  dibiayai,  namun  Pemerintah  membantu  menanggung melalui program penjaminan hingga  maksimal 70% dari plafon kredit.
 
    Bantuan berupa fasilitas pinjaman modal ini adalah  untuk  meningkatkan  akses  pembiayaan  perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada  usaha  berskala  besar  dan  kurang  menjangkau  pelaku  usaha  mikro  kecil  dan  menengah  seperti  usaha  rumah  tangga  dan  jenis  usaha  mikro  lain  yang  bersifat  informal,  mempercepat  pengembangan  sektor  riil   dan  pemberdayaan  UMKM

2.  Kredit Usaha Bersama (KUBE)
    KUBE  adalah  program  yang  bertujuan  meningkatkan kemampuan anggota KUBE di dalam  memenuhi  kebutuhan-kebutuhan  hidup  sehari-hari,  ditandai  dengan:  meningkatnya  pendapatan  keluarga; meningkatnya kualitas pangan, sandang,  papan, kesehatan, tingkat pendidikan; Meningkatnya kemampuan  anggota  KUBE  dalam  mengatasi  masalah-masalah  yang  mungkin  terjadi  dalam  keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya;  Meningkatnya  kemampuan  anggota  KUBE  dalam  menampilkan  peranan-peranan  sosialnya,  baik  dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

    Sasaran  program  KUBE  adalah  keluarga  miskin  produktif  (orang  yang  sama  sekali  tidak  mempunyai  sumber  mata  pencaharian  dan  tidak  mempunyai  kemampuan  memenuhi  kebutuhan  pokok  yang  layak  bagi  kemanusiaan  atau  orang  yang mempunyai sumber mata pencaharian, tetapi  tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak  bagi kemanusiaan; Keluarga Miskin yang mengalami  penurunan pendapatan dan kesejahteraannya atau  mengalami penghentian penghasilan.

Berbagai program diatas merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Diantara program tersebut tidak ada yang lebih unggul antara satu dengan yang lainnya, semua program tersebut saling berkaitan dalam upaya mengatasi dan menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Program-program tersebut mengalami revisi seiring dengan kompleksnya kebutuhan masyarakat.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dimensi-dimensi dari kemiskinan absolute adalah makanan, air, perumahan, kesehatan dan pemeliharaannya, pendidikan dan kesempatan kerja, sementara penyebab dari berlanjutnya kemiskinan absolute adalah tidak mencakupinya barang-barang dan jasa yang tersedia atau tidak memadainya pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, besarnya jumlah penduduk atau peledakan populasi dan tidak meratanya distribusi sumber-sumber yang ada.

Kemiskinan di Indonesia dan penanggulangannya telah menjadi prioritas pembangunan dan menjadi agenda pokok yang mengerahkan berbagai sumber daya pembangunan. Selama itu pula, dinamika kemiskinan dan penanggulangannya di Indonesia juga turut berkembang. Sampai dengan Maret 2012, tingkat kemiskinan telah turun menjadi 11.96 persen (29.13 juta jiwa). Sebelumnya, sampai dengan Maret 2011, tingkat kemiskinan nasional menurun hingga 12,49 persen, dari 13,33 persen pada tahun 2010. Selanjutnya, pada periode September 2011, tingkat kemiskinan menurun lagi menjadi 12,36 persen.

Kemiskinan merupakan isu strategis yang harus dipecahkan dan perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah karena menyangkut hak asasi manusia. Penanggulangan kemiskinan secara sinergis harus dilakukan agar seluruh warga Negara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Berbagai upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, diantaranya melalui program:
·    Program Keluarga Harapan (PKH)
·    Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
·    Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
·    Program  Jaminan  Kesehatan  Masyarakat (JAMKESMAS)
·    Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)
·    Program  Nasional  Pemberdayaan  Masyarakat (PNPM)
·    Kredit Usaha Rakyat (KUR)
·    Kredit Usaha Bersama (KUBE)



DAFTAR PUSTAKA

Winarno adhi Prasetyo. 2011. Kemiskinan di Indonesia (makalah). http://tukangblog.blogspot.com/2011/06/kemiskinan-di-indonesia-makalah.html. Diakses pada: Kamis, 9 Agustus 2018

Fytwalker. 2011. Fenomena  kemiskinan di Indonesia. http://natanwalker.blogspot.com/2011/03/fenomena-kemiskinan-di-indonesia.html. Diakses pada: Kamis, 9 Agustus 2018

Departemen Pertanian. 2006. “Rencana Pembangunan Pertanian Tahun 2005 – 2009.” Jakarta.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Program Penanggulangan Kemiskinan
Kabinet Indonesia Bersatu II.

http://www.bappenas.go.id/node/165/3630/kemiskinan-di-indonesia-dan-penanggulangannya/
Muhammad Zul Fahmi. 2012. Kemiskinan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto

Anisa. 2015. Makalah Kemiskinan. http://4shared.com. Diakses pada: Kamis, 9 Agustus 2018

Istavita Utama. 2018. Makalah Kemiskinan. http://underpapers.blogspot.com. Diakses pada: Kamis, 9 Agustus 2018